PENGERTIAN
Ekaristi berasal dari bahasa Yunani "eukharistein" yang artinya mengucap syukur. Konteks ceritanya waktu Yesus meggadakan Perjamuan Malam Terakhir dengan 12 muridnya...Yesus mengambil roti, memberkati (eulogein - eulogesias) memecahkannya dan memberikan kepada para muridNya...Kemudian Ia mengambil Piala, mengucap syukur (eukharistein - eukharisteisas) dst. Ritus Yesus inilah (traditio mysteriorum) yang kemudian dijadikan model dalam liturgi Ekaristi. Tapi ada juga yang mengatakan dengan istilah "eulogia" (berasal dari kata EULOGEIN. Sebenaernya kedua kata itu menterjemahkan kata BARAK (BERKAT).
Kata eukharistia dianggap lebih tepat penggunaannya karena makna kata ini melukiskan seluruh tindakan bersyukur kepada Allah yang merupakan makna dari DOA SYUKUR AGUNG dalam misa. Makanya Doa Syukur Agung (prex eucharistia) menjadi bagian terpenting dalam Misa di mana puncak dari perayaan Ekaristi ada di dalam ritus ini yaitu DOXOLOGI (dengan pengantaraan Yesus dan bersama Dia serta bersatu dalam Roh Kudus....dst)
Tahun 1970 mulai dilakukan pembenahan dari Misa Trente (Missale Tridentium) yang diberlakukan sejak tahun 1570 yang akhirnya melahirkan MISSALE ROMANUM terbaru pada tahun 2002 yang intinya mengatakan bahwa "STRUKTUR MISA ROMAWI MENCAKUP DUA UNSUR YAITU LITURGI SABDA DAN LITURGI EKARISTI.
Ke dua unsur ini diapit oleh dua unsur lain yaitu Ritus Pembuka dan Ritus Penutup. Keempat unsur ini membangun sebuah ORDO MISSAE atau tatacara Misa/Ekaristi yang khas Romawi namun terbuka bagi penyesuaian dan penyelarasan dengan unsur-unsur budaya yang ada di gereja setempat.
Lalu kenapa umat katolik setiap hari minggu kita wajib untuk ikut perayaan Ekaristi...itu semua selain karena 10 perintah Allah "KUDUSKANLAH HARI TUHAN" juga karena perintah Yesus sendiri "LAKUKANLAH INI SEBAGAI KENANGAN AKAN DAKU".
Gereja tidak mengharuskan umat katolik untuk mengikuti Ekaristi setiap hari. Yang diwajibkan oleh gereja adalah Ekaristi pada hari Minggu dan Hari Besar lain yang diwajibkan oleh gereja (seperti Natal, Pekan Suci, Tutup Tahun, Maria diangkat ke surga dll)
Paus Benediktus mengeluarkan dokumen yang isinya tentang keprihatinan akan lunturnya nilai dan makna yang ada dalam Ekaristi. Jadi misi gereja sekarang adalah mengembalikan nilai dan makna ekaristi kembali seperti semula yang penuh dengan simbol-simbol dan makna-makna kristiani
Untuk mengikuti perayaan Ekaristi, kita harus punya paling tidak sikap TERBUKA..membuka diri akan tujuan utama kita mengikuti Ekaristi adalah untuk mengucap syukur, bukan untuk ketemu pacar, cari jodoh, nonton koor..dan MENERIMA, menerima kehadiran Tuhan dengan segala sabda dan perintahnya, serta kehadiran Tuhan dalam rupa Roti dan Anggur yang mempersatukan kita. Tanpa itu, ekaristi akan berasa membosankan
Ada hal-hal yang harus kita perhatikan dan ketahui agar kita merasakandan serta mengalami SAKRAMEN EKARISTI :
SYARAT ANTROPOLOGIS
menerima akan segala hal dalam ekaristi itu secara utuh. Kadang ada orang mengikuti misa hanya karena ingin denger koornya, atau karena Imamnya Pastor A yg khotbahnya menarik…sedangkan ekaristi adalah rangkaian upacara yang harus kita terima secara utuh tahap demi tahapnya
IMAJINATIF (Imago).
Banyak simbol-simbol dalam ekaristi…disini kita dituntut untuk berimajinasi. Imam/Konselebran saat memimpin perayaan ekaristi adlah “INPERSONA CHRISTE” (Kristus sendiri/menggambarkan Kristur). Kita dituntut untuk berimajinasi di sini
SIKAP KAGUM (Admiratio)
dari imajinatif tadi akan menimbulkan sikap kagum…misalnya saat konsekrasi Imam mengangkat roti dan anggur, imajinasi kita membanyangkan itu tubuh dan darah Nya, dari situ timbulkan sikap kagum akan pengorbanan, akan cintaNya dll
SYARAT TEOLOGI LITURGIS
Teologi tentang liturgi:
Di dalam liturgi umat memasuki misteri Paskah dan mengalami penebusan. Secara fundamental liturgi adalah tindakan pengenangan (memorial action) yang menghadirkan misteri Paskah bagi umat sekarang melalui sarana-sarana simbolis.
Prinsip teologis pengertian liturgi:
pengenangan misteri Paskah, yang dihadirkan kembali saat ini, demi penggenapan penebusan di akhir zaman nanti;
Epikletik (bersifat pneumatologis):
mengalir dari dan bergantung pada karya Roh Kudus yang mentransformasi iman umat melalui pengalaman liturgis akan misteri Paskah;
Eklesiologis (bersifat soteriologis):
selalu merupakan tindakan dari pemahaman diri dan pengungkapan diri Gereja; disempurnakan oleh, dengan, dan dalam Gereja yang sedang berhimpun dan berdoa (partisipasi aktif, sadar, penuh, SC (sacrossantum concillium/Konstitusi Liturgi) 14; sakramen kesatuan, SC 26). Liturgi adalah locus (tempat/ranah) bagi pengalaman akan Allah. Roh Kuduslah yang memampukan Gereja merayakan liturgi. Maka, Gereja menjadi peristiwa dan peristiwa liturgis membuat Gereja secara penuh lebih menjadi Tubuh Kristus di dunia. Liturgi adalah peristiwa yang menetapkan Gereja, dan peristiwa itu menjadi kairos keselamatan.=Pendekatan estetika:
Seni-seni liturgis adalah unsur-unsur komplementer liturgi dan sumber-sumber komplementer untuk teologi liturgi. Maka, semua unsur seni itu mendukung dan meningkatkan bagaimana Sabda, simbol, dan eukologi (= unsur-unsur konstitutif liturgi) diungkapkan dan dialami dalam liturgi. Seni liturgi jangan dianggap baik sebagai sesuatu yang tak perlu maupun sebagai pengganti aktivitas jemaat dalam Sabda, simbol, eukologi. Penggunaan seni dalam liturgi jangan dimengerti sebatas utilitarian dan fungsional belaka. Daya ekspresif dan emosional seni mendukung teralaminya suatu tindakan kesatuan ilahi. Seni bukan untuk ditaklukkan demi tujuan-tujuan yang dicanangkan sebelumnya, khususnya pemahaman intelektual.
Kegiatan liturgi sebenarnya bukan cuma menggunakan seni tapi ADALAH suatu seni juga (dialog dengan Allah dalam bentuk simbolik!). Penggunaan seni dalam peribadatan Katolik Romawi mendukung suatu estetika liturgis, di mana hal yang baik (bonum), benar (verum), dan indah (pulchrum) merupakan unsur-unsur esensial yang menjadi kriteria untuk menilai segala sesuatu tentang liturgi.
Seni liturgi merupakan konteks yang memfasilitasi bagaimana Sabda, simbol, dan eukologi dapat dialami. Melalui seni itu kita dapat diundang kepada pengalaman istimewa akan transendensi dan imanensi Allah. Pengalaman artistik akan menyentuh jemaat. Ibadat yang efektif hanya mungkin melalui hal yang afektif.
Penghayatan simbol dan sakramen:
Dalam simbol ibaratnya ada dua pihak yang terhubungkan, menjalin relasi, persahabatan dan cinta. Pengalaman persahabatan dan cinta merupakan penghayatan nilai dan sikap. Penghayatan nilai dan sikap baru lengkap jika penghayatan itu diungkapkan, yang terjadi dalam tindakan simbolis (apel, makan berdua, hadiah, dsb). Dari situlah akan bisa dipetik buah-buahnya.
MENDALAMI SIMBOLISME PERAYAAN EKARISTI
Melaksanakan perintah Yesus: “Lakukanlah ini…”:
Dimensi kultik:
berkumpul sebagai Gereja dan merayakan Ekaristi.=
Dimensi etik:
diutus untuk sedia melakukan “pencucian kaki, pemberian diri, mau mati” bagi orang lain; mandatum novum yaitu perintah baru untuk mencintai.
Sebagai bahan referansi, anda dapat melihat di buku :
Bernard Boli Ujan SVD, Mendalami Bagian-bagian Perayaan Ekaristi, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992
atau
C. H. Suryanugraha, Lakukanlah Ini: Sekitar Misa Kita. Bandung: Penerbit SangKris, 2003
No comments:
Post a Comment