August 03, 2009

MEMAHAMI EKARISTI


Ada hal-hal yang harus kita perhatikan dan ketahui agar kita merasakandan serta mengalami SAKRAMEN EKARISTI :


SYARAT ANTROPOLOGIS


RESEPTIVITAS (Recipere=Menerima) menerima akan segala hal dalam ekaristi itu secara utuh…jgn menggerutu…kadang ada orang mengikuti misa hanya karena ingin denger koornya, atau karena Imamnya Pastor A yg khotbahnya menarik…sedangkan ekaristi adalah rangkaian upacara yang harus kita terima secara utuh tahap demi tahapnya


IMAJINATIF (Imago). Banyak simbol-simbol dalam ekaristi…disini kita dituntut untuk berimajinasi…contohnya aja, Imam/Konselebran saat memimpin perayaan ekaristi adlah “INPERSONA CHRISTE” (gampangnya mah sebagai Kristus sendiri/menggambarkan Kristur)…kita dituntut untuk berimajinasi di sini…klo nggak kan bayangin aja, postur Kristus=Imam yang mimpin ekaristi (ada yang gendut, brewokan, ada yg kurus dll)


SIKAP KAGUM (Admiratio) dari imajinatif tadi akan menimbulkan sikap kagum…misalnya saat konsekrasi Imam mengangkat roti dan anggur, imajinasi kita membanyangkan itu tubuh dan darah Nya, dari situ timbulkan sikap kagum akan pengorbanan, akan cintaNya dll


SYARAT TEOLOGI LITURGIS


Teologi tentang liturgi:
Di dalam liturgi umat memasuki misteri Paskah dan mengalami penebusan. Secara fundamental liturgi adalah tindakan pengenangan (memorial action) yang menghadirkan misteri Paskah bagi umat sekarang melalui sarana-sarana simbolis. 


Prinsip teologis pengertian liturgi:


Anamnetik (bersifat kristologis): pengenangan misteri Paskah, yang dihadirkan kembali saat ini, demi penggenapan penebusan di akhir zaman nanti;


Epikletik (bersifat pneumatologis): mengalir dari dan bergantung pada karya Roh Kudus yang mentransformasi iman umat melalui pengalaman liturgis akan misteri Paskah;


Eklesiologis (bersifat soteriologis): selalu merupakan tindakan dari pemahaman diri dan pengungkapan diri Gereja; disempurnakan oleh, dengan, dan dalam Gereja yang sedang berhimpun dan berdoa (partisipasi aktif, sadar, penuh, SC (sacrossantum concillium/Konstitusi Liturgi) 14; sakramen kesatuan, SC 26). Liturgi adalah locus (tempat/ranah) bagi pengalaman akan Allah. Roh Kuduslah yang memampukan Gereja merayakan liturgi. Maka, Gereja menjadi peristiwa dan peristiwa liturgis membuat Gereja secara penuh lebih menjadi Tubuh Kristus di dunia. Liturgi adalah peristiwa yang menetapkan Gereja, dan peristiwa itu menjadi kairos keselamatan.


Pendekatan estetika:


Seni-seni liturgis adalah unsur-unsur komplementer liturgi dan sumber-sumber komplementer untuk teologi liturgi. Maka, semua unsur seni itu mendukung dan meningkatkan bagaimana Sabda, simbol, dan eukologi (= unsur-unsur konstitutif liturgi) diungkapkan dan dialami dalam liturgi. Seni liturgi jangan dianggap baik sebagai sesuatu yang tak perlu maupun sebagai pengganti aktivitas jemaat dalam Sabda, simbol, eukologi. Penggunaan seni dalam liturgi jangan dimengerti sebatas utilitarian dan fungsional belaka. Daya ekspresif dan emosional seni mendukung teralaminya suatu tindakan kesatuan ilahi. Seni bukan untuk ditaklukkan demi tujuan-tujuan yang dicanangkan sebelumnya, khususnya pemahaman intelektual. 


Kegiatan liturgi sebenarnya bukan cuma menggunakan seni tapi ADALAH suatu seni juga (dialog dengan Allah dalam bentuk simbolik!). Penggunaan seni dalam peribadatan Katolik Romawi mendukung suatu estetika liturgis, di mana hal yang baik (bonum), benar (verum), dan indah (pulchrum) merupakan unsur-unsur esensial yang menjadi kriteria untuk menilai segala sesuatu tentang liturgi.

Seni liturgi merupakan konteks yang memfasilitasi bagaimana Sabda, simbol, dan eukologi dapat dialami. Melalui seni itu kita dapat diundang kepada pengalaman istimewa akan transendensi dan imanensi Allah. Pengalaman artistik akan menyentuh jemaat. Ibadat yang efektif hanya mungkin melalui hal yang afektif.


Penghayatan simbol dan sakramen:

Dalam simbol ibaratnya ada dua pihak yang terhubungkan, menjalin relasi, persahabatan dan cinta. Pengalaman persahabatan dan cinta merupakan penghayatan nilai dan sikap. Penghayatan nilai dan sikap baru lengkap jika penghayatan itu diungkapkan, yang terjadi dalam tindakan simbolis (apel, makan berdua, hadiah, dsb). Dari situlah akan bisa dipetik buah-buahnya.

MENDALAMI SIMBOLISME PERAYAAN EKARISTI

Melaksanakan perintah Yesus: “Lakukanlah ini…”:

Dimensi kultik: berkumpul sebagai Gereja dan merayakan Ekaristi.

Dimensi etik: diutus untuk sedia melakukan “pencucian kaki, pemberian diri, mau mati” bagi orang lain; mandatum novum = perintah baru untuk mencintai.

[lihat buku Bernard Boli Ujan SVD, Mendalami Bagian-bagian Perayaan Ekaristi, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992 atau C. H. Suryanugraha, Lakukanlah Ini: Sekitar Misa Kita. Bandung: Penerbit SangKris, 2003]

2 comments: