April 05, 2011

SP MARIA BUNDA GEREJA

Banyak orang di luar Katolik yang jelas-jelas tidak memahami Dogma dalam Gereja Katolik diajari sejak kecil bahwa salah satu bukti nyata akan ketidakbenaran ajaran Katolik dapat dilihat dalam penghormatan yang disampaikan kepada Santa Perawan Maria dalam Gereja Katolik. Tetapi sebaliknya banyak dari antara orang-orang itu yang terpikat setelah mempelajari makna dari Devosi serta Dogma kepada SP Maria, karena ternyata kebenaran dari dogma tersebut sangat sederhana dan gamblang.

boleh dikatakan kebenaran dalam Dogma tersebut amat sangat sederhana, lugas da bernas, yang dapat disimpulkan menjadi 2 pokok pemikiran yaitu :

MARIA ADALAH BUNDA ALLAH 
Gereja katolik percaya bahwa Allah tidak terikat oleh suatu kewajiban apapun untuk memiliki seorang ibunda dan Ia berkuasa untuk memilih memiliki seorang ibunda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Ia memilih untuk memperkenankan tubuh manusiawi-Nya dibentuk dalam rahimnya. Putra Allah memilih untuk memberikan kepada Maria, kuasa atas kehendak-Nya, yang karena kasih senantiasa dimiliki oleh seorang ibu yang baik bagi anaknya.

MARIA ADALAH BUNDA SELURUH UMAT MANUSIA
Katolik percaya bahwa Putra Allah memilih untuk datang ke dunia melalui seorang ibunda agar ibunda-Nya itu dapat menerima pula segenap anak manusia yang berdosa sebagai saudara-saudari-Nya. Ia memberikan teladan bagaimana bunda-Nya harus dihormati dan dikasihi.

Ia mempersiapkan bunda-Nya sebagai bunda seluruh umat manusia dengan memintanya untuk menanggung segala bentuk penderitaan yang mungkin, dan dengan demikian, mengajarkan kepadanya untuk menaruh belas kasihan pada segala bentuk penderitaan anak-anaknya. Jika ibunda-Nya itu adalah Bunda bagi Diri-Nya Sendiri, pastilah Ia membebaskannya dari penderitaan, oleh sebab Ia mempunyai kuasa untuk melakukannya dan karena Ia mencintai Bunda-Nya dengan kasih yang tak terbatas. Ia mengadakan mukjizat-Nya yang pertama di hadapan publik atas permintaan Bunda-Nya, dan menjelang ajal-Nya, Ia mengingatkan Bunda-Nya bahwa ia telah dipersiapkan sejak dari semula untuk menjadi bunda bagi seluruh umat manusia.

Berangkat dari titik inilah Gereja Katolik percaya bahwa Maria pastilah dengan antusias menolong mereka, dalam pencobaan jiwa maupun badan, seperti layaknya seorang ibu dengan antusias mengusahakan kesejahteraan bagi anaknya.


PERJALANAN SEJARAH
Gereja Katolik meyakini inkarnasi Kristus yaitu : Maria mengandung dari kuasa Roh Kudus (bdk. Luk 1:26-38 dan Mat 1:18-25). Melalui Maria, Yesus Kristus - pribadi kedua dari Tritunggal Mahakudus, sehakikat dengan Bapa, dan Allah yang benar dari Allah yang benar - memasuki dunia ini dengan mengenakan daging manusia dan jiwa manusia. Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Dalam pribadi ilahi-Nya terdapat sekaligus kodrat ilahi dan kodrat manusiawi.

Bunda Maria tidak menjadikan pribadi illahi Yesus, karena pribadi Illahi itu telah ada bersama Bapa dan Roh Kudus dari kekekalan, “Ia, yang dikandungnya melalui Roh Kudus sebagai manusia dan yang dengan sesungguhnya telah menjadi Puteranya menurut daging, sungguh benar Putera Bapa yang abadi, Pribadi kedua Tritunggal Mahakudus. Gereja mengakui bahwa Maria dengan sesungguhnya Bunda Allah [Theotokos, yang melahirkan Allah].” (KGK, no. 495).

St. Yohanes Krisostomus
Pada masa awal sejarah Gereja, Bunda Maria digelari “Bunda Allah.” Pada masa-masa ini, St. Yohanes Krisostomus menggubah dalam Doa Syukur Agung yaitu suatu madah untuk menghormati Bunda Maria yang isinya “Sungguh, semata-mata guna memaklumkan bahwa engkau terberkati, ya Bunda Allah, yang paling terberkati, yang sepenuhnya murni dan Bunda Allah kami. Kami mengagungkan engkau yang lebih terhormat daripada kerubim dan lebih mulia secara tak bertara daripada serafim. Engkau, yang tanpa kehilangan keperawananmu, melahirkan Sabda Tuhan. Engkau yang adalah sungguh Bunda Allah.”


PERTENTANGAN
Sempat muncul keberatan atas gelar “Bunda Allah” pada abad kelima akibat adanya kebingungan mengenai misteri inkarnasi. Nestorius, Uskup Konstantinopel (thn 428-431), mengajukan keberatan yang utama. Ia mengatakan
"Bunda Maria melahirkan Yesus Kristus, seorang manusia biasa. Kepada manusia ini dipersatukan pribadi Sabda Allah. Persatuan dua pribadi (Kristus yang manusia dan Sabda Illahi) merupakan sesuatu yang “luhur dan unik”, tetapi hanya suatu kebetulan belaka. Pribadi ilahi tinggal dalam pribadi manusia “sebagai bait”. 
Yesus manusia wafat di salib, tetapi tidak demikian dengan Yesus ilahi. Jadi, Bunda Maria bukanlah “Bunda Allah,” melainkan sekedar “Bunda Kristus” (Yesus sebagai manusia).

Jika kita melihat pernyataan tersebut, akan jadi kebingungan karena pernyataan tersebut membagi Kristus menjadi dua pribadi yang berakibat pada penyangkalan inkarnasi.

St. Sirilus, Uskup Alexandria menyangkal secara keras pendapat Nestorius dengan mengeluarkan pernyataan :
“Bukannya seorang manusia biasa pertama-tama dilahirkan oleh Santa Perawan, dan kemudian sesudahnya Sabda turun atasnya; melainkan, bersatu dengan daging dalam rahim, [Sabda] mengalami kelahiran dalam daging, kelahiran dalam daging adalah kelahiran-Nya sendiri…” 

Pernyataan ini menegaskan keyakinan yang dikemukakan dalam paragraf pertama - Bunda Maria adalah sungguh Bunda Allah.


KONSILI EFESUS
22 Juni 431, Konsili Efesus bersidang guna menyelesaikan perdebatan ini. Konsili memaklumkan,
“Barangsiapa tidak mengakui bahwa Imanuel adalah sungguh Allah dan karenanya Santa Perawan adalah Bunda Allah [Theotokos] (sebab ia melahirkan menurut daging Sabda Allah yang menjadi daging), dikutuk Gereja.”

Selain itu dalam konsili ini, ada beberapa keputusan penting yang masih berhubungan dengan pertentangan tersebut yaitu :
  • Konsili secara resmi memaklumkan bahwa Yesus adalah satu pribadi ilahi, dengan dua kodrat - manusiawi dan ilahi - dipersatukan dalam persekutuan yang sempurna.
  • Konsili Efesus menegaskan bahwa Bunda Maria dapat secara tepat digelari Bunda Allah: Maria bukanlah Bunda Allah Bapa, atau Bunda Allah Roh Kudus; melainkan ia adalah Bunda Allah Putra - Yesus Kristus, sungguh Allah sejak kekekalan, yang masuk ke dalam dunia ini dengan menjadi sungguh manusia.
  • Konsili Efesus memaklumkan Nestorius sebagai bidaah sesat dan Kaisar Theodosius memerintahkan agar ia diusir dan dibuang.

SIPAKAH MARIA? 
Maria adalah seorang gadis belia yang diperkirakan lahir di kota Sepphoris (sebelah utara Palestina), sebuah kota besar di mana bangsa Yahudi dan bangsa Romawi hidup berdampingan dengan damai. Sepphoris adalah ibu kota Galilea.

Kota yang memiliki banyak rumah yang indah dan sebuah gedung teater yang besar, luluh lantak dilanda gempa bumi besar ketika Maria masih kanak-kanak. Bencana inilah yang menyebabkan keluarga Maria pindah beberapa mil jauhnya ke Nazareth yaitu sebuah dusun kecil.

“Nazareth” dalam bahasa Ibrani mempunyai dua arti yang berbeda. Nazareth bisa berarti bunga bakung yang merupakan simbol kehidupan, dan Nazareth dapat juga berarti “keturunan”. Di kota inilah Maria bertemu dengan Yusuf, seorang tukang kayu dan mereka pun bertunangan. Biasanya, masa pertungangan berlangsung selama satu tahun atau lebih. Si gadis akan menenun dan melakukan pekerjaan rumah tangga, sementara sang pria akan membangun rumah tempat tinggal mereka.


MARIA ADALAH BUNDA ALLAH
Yesus sungguh Manusia, dan Ia bangga menjadi manusia. Yesus sering menyebut diri-Nya, “Anak Manusia.” di mana dalam bahasa Ibrani ungkapan tersebut berarti Yesus adalah “manusia”. Sementara Gereja Katolik juga percaya bahwa Yesus adalah Allah. Karena Yesus tidak dapat dibagi menjadi dua : Yesus yang Allah dan Yesus yang Manusia, maka Gereja Katolik menyebut bunda-Nya sebagai Bunda Allah.


MARIA ADALAH BUNDA KITA 
Saat menjelang ajal-Nya di salib, Yesus memberikan Bunda Maria kepada kita untuk menjadi bunda kita juga. Kita pasti selalu ingat dengan perkataan Yesus : "Inilah ibumu".  (Yoh 19:26-27). Perlu kita pahami bersama bahwa arti dari perkataan itu adalah : Tuhan telah mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya sendiri. Dengan demikian Maria sebagai Bunda Kristus adalah Bunda kita semua. Perkataan Yesus saat menjelang ajal di salib itu, diperkuat lagi dengan pada saat Dia bangit dari antara orang mati, “Aku akan pergi kepada Allah-Ku dan Allah-mu, kepada Bapa-Ku dan Bapa-mu.” . Jadi inti dari uraian tersebut adalah :
kita mempunyai Bapa dan Bunda yang sama dengan Yesus. Dengan demikian kita semua menjadi saudara dan saudari-Nya.


YESUS, MARIA DAN GEREJA
Patutlah kita senantiasa merenungkan serta berusaha mengikuti teladan mulia Bunda Maria, yang mengatakan, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.” Sebagai seorang Ibu, ia senantiasa ingin menghadirkan Putranya kepada yang lain dan menghantar mereka kepada Putra Ilahinya.

Bunda Maria menghadirkan Yesus kepada para gembala, para majus, Nabi Simeon dan Hana. Contoh nyata adalah saat nikah di Kana. Saat anggur habis, Bunda Maria memohon kepada Putranya untuk melakukan sesuatu. Pada saat itu jelas bahwa sebenarnya belum saatnya Yesus melakukan mukjizat, namun karena ibu-Nya sendiri yang memohon kepada Nya, maka Ia mau melakukannya. Disini terlihat jelas, begitu dalam jalinan cinta kasih yang tulus antara ibu dan Anak serta Anak pada ibu-Nya.

Keyakinan ini dijelaskan melalui pesan Bunda Maria di Guadalupe, di mana Santa Perawan menampakkan diri kepada St. Juan Diego.

9 Desember 1531,  Bunda Maria mengatakan :
“Ketahuilah dengan pasti, engkau yang terkecil dari antara anak-anakku, bahwa akulah Santa Perawan Maria yang tak bercela, Bunda Yesus, Allah yang benar, yang melalui-Nya segala sesuatu beroleh hidup, Tuhan atas segala yang dekat maupun yang jauh, Tuan atas surga dan bumi. 
Merupakan kerinduanku yang terdalam bahwa sebuah kapel dibangun di sini untuk menghormatiku.
Di sini aku akan menunjukkan, aku akan menyatakan, aku akan melimpahkan segenap cintaku, kasih sayangku, pertolonganku dan perlindunganku kepada segenap manusia. 
Akulah bundamu yang berbelas kasih, bunda yang berbelas kasih dari kalian semua yang hidup rukun di negeri ini, dan dari segenap umat manusia, dari segenap mereka yang mengasihiku, dari mereka yang berseru kepadaku, dari mereka yang mencariku, dan dari mereka yang menaruh harapannya padaku. 
Di sini aku akan mendengar isak-tangis mereka, keluh-kesah mereka, dan aku akan menyembuhkan serta meringankan segala beban derita, kesulitan-kesulitan dan kemalangan-kemalangan mereka.” 


12 Desember 1531, Bunda Maria mengatakan,  
“Dengarkanlah dan camkanlah dalam hatimu, putera kecilku terkasih: janganlah kiranya sesuatu pun mengecilkan hatimu, melemahkan semangatmu.
Janganlah kiranya sesuatu pun membimbangkan hatimu ataupun tekadmu.
Juga, janganlah takut akan segala penyakit ataupun pencobaan, kekhawatiran ataupun penderitaan. 
Bukankah aku di sini, aku yang adalah bundamu? 
Bukankah engkau ada dalam naungan dan perlindunganku? 
Bukankah aku ini sumber hidupmu?
Bukankah engkau ada dalam naungan mantolku, dalam dekapan pelukanku?
Adakah sesuatu lain yang engkau butuhkan?”  

Pesan-pesan indah ini menegaskan peran Bunda Maria sebagai Bunda Allah dan Bunda kita.

Dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment