May 11, 2012

SERUAN DAN MADAH PUJIAN DALAM EKARISTI


KYRIE ELEISON

Kyrie Eleison (Tuhan Kasihanilah Kami) adalah seruan sebagai pujian kepada Allah yg Maha Rahim dan mohon belas kasihan Nya, sehingga Gereja menghimbau agar seruan ini dinyanyikan atau didaraskan oleh "SELURUH UMAT".

Seruan ini digunakan oleh Gereja sejak masa Gereja Perdana. Pada masa2 itu seruan ini merupakan doa yang cukup panjang, dimana seseorang (diakon) membacakan ayat2 dan umat menjawab dengan seruan "Kyrie Eleison". Seiring perputaran waktu, ayat2 tersebut mulai dihilangkan hingga akhirnya seruan itu menjadi seperti sekarang yang kita nyanyikan/daraskan pada setiap perayaan Ekaristi. Bentuknya bisa macam2, boleh berupa permintaan2 tertentu (semacam doa syafaat), boleh juga berupa doa pengakuan dosa yang serius dan permohonan agar Tuhan menerima penyesalan dan pertobatan umat Nya

Dalam Kiturgi, Bagian ini bisa dihilangkan jika bagian ini (Kyrie) sudah tertampung dalam Doa Tobat. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengulangan yg tidak perlu seperti yg disebutkan dalam SC 34 dan SC 50, meskipun terkadang realitanya masih sering terjadi. contohnya saat Imam memilih Tobat cara 3 (PS), paduan suara tetap menyanyikan Kyrie setelahnya.

Secara umum, seruan "Tuhan Kasihanilah Kami" hanya 2x diucapkan/dinyanyikan. Namun ada pertimbangan (berhubungan dengan bahasa, lagu, dan sifat pesta/perayaan) sehingga seruan "Tuhan Kasihanilah Kami" dapat diulang lebih dari 2x, dan seandainya dibawakan sbg "Pernyataan Tobat", maka didahului dengan ayat sesuai dengan yg disebutkan dalam PUMR 52



GLORIA / MADAH KEMULIAAN


Gereja memandang Madah Gloria sebagai madah yg sangat dihormati sejak jaman Kristen Perdana/Kristen Kuno (lih. PUMR 53), yg disusun dengan gaya Mazmur serta melanjutkan tradisi madah Perjanjian Baru.


Pada sekitar abda 4-5 M, Gloria digunakan dalam ibadat Harian di Gereja2 Timur. Pada abad 5M, madah ini dimasukkan dalam Liturgi Gereja Katolik pada Misa Natal. Kemuadian Paus Symachus memperluas penggunaannya pada Ekaristi Minggu dan pesta para Martir, namun hanya untuk misa yg dipimpin oleh USKUP. Baru pada 7M, Gloria boleh dibawakan pada misa yg dipimpin oleh imam. Teks Gloria yg digunakan dan kita kenal selama ini diperkirakan berasal dari masa sesudah Paus Gregorius Agung, yaitu sejak pembaharuan Liturgi oleh Karolus Agung.


Ada 3 bagian utama dalam Madah Keluliaan :


Bagian awal Ditujukan kepada Allah Bapa.
Bagian ini merupakan kutipan kidung para Malaikat (Luk 2,14): ”Kemuliaan kepada Allah di surga dan damai di bumi kepada orang yang berkenan pada-Nya.” Dengan madah pujian ini, bersama para malaikat kita bergembira karena Allah Bapa mengutus PutraNya menjadi manusia.


Seruan pujian kedua Ditujukan kepada Allah Putera.
Kristus adalah Raja. Hanya Dia yg patut disembah, dipuji dan dimuliakan krn karya penebusanNya. Ketika menyampaikan pujian kepada Yesus, diselipkan permohonan: Kasihanilah kami, kabulkanlah doa kami, mempunyai makna ganda yaitu pujian sekaligus permohonan.


Madah kemuliaan ditutup dengan penyebutan Allah Roh Kudus.
Pujian kepada Allah Bapa dan Putra hanya bisa berlangsung di dalam Roh Kudus.






CREDO atau SYAHADAT


Credo berasal dr bhs latin yg berarti "Aku Percaya" merupakan pernyataan atau pengakuan rangkuman mengenai suatu kepercayaan. Sebagai Tubuh Kristus yang terlihat, Gereja dan umatnya diharapkan tidak hanya untuk memiliki iman yang sama tetapi juga untuk menyatakan iman dengan cara yang sama. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan (Roma 10 : 10).


Gereja menghadapi ajaran sesat yang berkembang dari hal yang relatif umum menuju ke hal yang relatif khusus. Untuk itulah Gereja merasa perlu menyusun rumusan pengakuan iman untuk memberi garis batas tegas antara ajaran yang benar dan ajaran yang salah. Jadi wajar apabila kredo2 terdahulu umumnya cukup singkat (yang hanya terdiri dari beberapa kalimat pendek) kemudian berkembang menjadi cukup panjang (sampai puluhan paragraf). Secara umum, Credo dalam Gereja Katolik cukup banyak jumlahnya, yg terbagi dalam beberapa kategori :

  1. Credo yang berasal dari Gereja Perdana dan Apostolik
  2. Credo yang berasal dari konsili
  3. Credo yang berasal dari paus tertentu
  4. Credo yang berasal dari Kuria Romawi yang bisa digunakan setelah disetujui oleh paus
  5. Credo yang berasal dari orang tertentu dan rumusannya diterima oleh Takhta Suci



Credo/Syahadat Panjang (Nikea Konstantinopel yg merupakan hasil dari Konsili Konstantinopel I), dimasukkan dalam Misa Kudus sejak abad 5M oleh Gereja Timur tyang kemudian diikuti oleh Gereja Barat mulai dari Spnyol, Irlandia, Inggris dan Jerman. Untuk Liturgi Baptis, digunakanlah Syahadat singkat (syahadat Pararasul).


Pada Abad 11 M, Paus Benedictus VIII menetapkan Syahadat Nikea Konstantinopel digunakan dalam Perayaan Ekaristi Minggu dan Syahadat Para rasul digunakan hanya dalam Liturgi Baptis. Baru kemudian atas dorongan Konsili Vatikan II dengan pembaharuan Liturgi, maka diputuskan Credo Para Rasul dan Credo Nikea-Konstantinopel keduanya dimasukkan dalam Perayaan Ekaristi hari Minggu dan Hari Raya lainnya.






SANCTUS


Sanctus berasal dari bahasa Latin yg artinya Kudus. Sanctus adalah sebuah Aklamasi dalam perayaan Ekaristi yg tidak terpisahkan dgn Doa Syukur Agung sebagai bentuk aliran tindakan dari umat yang hadir dalam memuji dan memuliakan Allah.


"Kudus adalah bagian yg tak terpisahkan dari DSA dan mesti dilambungkan oleh seluruh jemaat bersama Imam" (PUMR 79b) oleh sebab itu bagian ini tidak bisa dihilangkan dan lebih baik lagi dinyanyikan


Teks Aklamasi ini disusun berdasarkan 2 teks dalam Kitab Suci :


Seruan para serafim (Yes 6:5)
Seruan ini mulai digunakan pada jaman Kristen Perdana dan juga bisa digunakan dalam Ibadat orang2 Yahudi di Sinagoga


Penambahan Hosana dari Mat 21:9 yg merupakan kutipan dari Mamur 118:26.
Hosana berasal dari HOSIANNA (bhs Yunani) yg artinya "Selamatkanlah kami/tolonglah kami. Tetapi dalam ibadat Yahudi di sinagoga, seruan ini berubah menjadi pujian. Dalam liturgi Gereja Katolik Roma, kata Hosana ini diterjemahkan dgn kata "Terpujilah"


Beberapa catatan menyebutkan bahwa penambahan Hosana sbg seruan yg memuji Anak Daud yaitu Kristus pada abad 4M dalam teks Santus, berkaitan dengan situasi Gereja melawan Bidaah Arianisme (aliran yg tidak mengakui ke-Allah-an Yesus), sehingga seruan Kudus ini dimasukkan dalam rangkaian DSA dalam tata liturgi Gereja Timur. Baru pada Abad ke 5 M Gereja Barat memasukkan seruan ini seperti yg kita kenal selama ini




LITANI


Kata `litani’ berasal dari bahasa Latin `litania’, `letania’. Artinya suatu bentuk doa tanggapan yang meliputi serangkaian seruan atau permohonan, mengenai suatu subyek utama atau suatu tema suci utama.


Doa ini disusun sebagai bentuk kekaguman kita sebagai umat manusia kepada Allah, Bunda Maria, atau para Kudus, tergantung dari Litani tersebut ditujukan bagi siapa. Litani merupakan doa yang sangat cocok dibawakan dalam kelompok


Jika dicermati, dari begitu banyak Litani, semua mengacu pada pola yang yang sama :


Bagian Pembuka
Diawali dgn “Kyrie eleison,” (“Tuhan kasihanilah kami”) yang didaraskan/dinyanyikan setelah kita memohon belas kasihan dari setiap Pribadi dalam Tritunggal Mahakudus, misalnya: “Allah Bapa di surga ======>> kasihanilah kami.”


Bagian Pokok
Pokok litani : seruan kepada siapa litani ditujukan. Setiap seruan dimaksudkan untuk memujinya dengan berbagai macam ungkapan yang menjadikan orang itu patut dikagumi dimana setiap nama yang disebutkan akan ditanggapi dengan “doakanlah kami.” Tanggapan tersebut tetap sama untuk hampir semua atau bahkan seluruh seruan dalam litani. Oleh sebab adanya tanggapan inilah maka Litani termasuk dalam DOA TANGGAPAN, sama seperti “DOA UMAT” dan “MAZMUR TANGGAPAN” dalam Ekaristi


Permohonan
Permohonan. Dalam litani yang lebih khidmat, atau dalam litani kepada Tuhan, setelah seruan ditambahkan aneka permohonan dengan maksud untuk memohon berbagai rahmat serta berkat. Jawaban pada aneka permohonan ini pada intinya mengacu pada “DENGARKANLAH KAMI”


Penutup
Setelah seruan dan aneka permohonan, litani dilanjutkan dengan serangkaian tiga seruan kepada Anak Domba Allah. Dan yang terakhir, litani selalu ditutup dengan sebuah doa singkat. bagian inilah merupakan bagian Penutup dari Litani


Demikian, semoga bermanfaat
*Christo et Ecclesiae*


4 comments:

  1. Terima kasih postingnya, banyak memberi manfaat buat pengetahuan lebih dalam dalam liturgi gereja

    ReplyDelete
  2. kunjungi juga dung blog kulo,,http://lilingereja.blogspot.com

    ReplyDelete